Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Susu adalah salah satu
bahan pangan dengan proporsi seimbang yang penting dan banyak digunakan dalam
industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam produk dengan bahan
dasar susu telah banyak dibuat baik pada industri skala kecil maupun skala
besar. Permintaan akan produk berbahan dasar susu yang cenderung meningkat,
serta banyaknya permintaan pasar akan inovasi produk berbasis susu menyebabkan
pendalaman ilmu mengenai susu dan produk-produknya menarik untuk dipelajari.
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang kaya akan zat
gizi. Kandungan
protein, glukosa, lipida, garam mineral, dan vitamin dengan pH sekitar 6,80
menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dalam susu. Hal tersebut menyebabkan susu harus segera diolah
pasca panen untuk menghindari kerusakan akibat
pencemaran mikroba. Proses pembuatan susu pada setiap
industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara
garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan
dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi,
pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan
susu dilakukan dengan sistem tertutup (close
system) yang dikontrol atau dioperasikan
dari ruangan khusus
Susu
mengandung nilai gizi yang tinggi, namun mudah sekali mengalami kerusakan
terutama oleh mikroba. Susu dalam keadaan normal bertahan maksimal 4 jam setelah pemerahan
tanpa mengalami kerusakan maupun penurunan kualitas. Kerusakan susu bisa
terjadi kurang dari 4 jam setelah pemerahan. Susu
yang berasal dari ambing sapi biasanya
mengandung bakteri dimana pada saat pancaran pertama waktu pemerahan sudah
mengandung bakteri dan jumlahnya berkisar antar 500 dan 1000 per milliliter. Oleh karena permasalahan tersebut, peningkatan
pengetahuan mengenai pengolahan produk susu perlu ditingkatkan.
PT. Nestle
yang pada awalnya didirikan oleh henry nestle pada tahun 1867 merupakan salah
satu perusahaan pengelola susu dalam skala besar. Berbagai inovasi produk yang
telah dilakukan, menjadikan nestle sebagai perusahaan ternama di indonesia dan
di mata dunia. PT. Nestle merupakan perusahaan pertama di indonesia yang
menggunakan susu segar untuk memproduksi susu bubuk dan susu kondensasi dalam
skala besar. Dengan pengolahan yang tepat PT. Nestle mampu menghasilkan produk
susu bubuk dan susu kondensasi berkualitas tinggi yang menyediakan berbagai
macam keuntungan baik dari segi kepraktisan maupun nilai gizinya.
Dengan adanya
persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat, maka setiap perusahaan
dituntut untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses produksi
karena akan mempengaruhi mutu dan kualitas produk akhir. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan kualitas dari sumber daya manusia yang menjalankan proses
industri tersebut.
Dalam hal
ini universitas brawijaya sebagai salah satu perguruan tinggi ingin ikut andil dalam mencetak sumber daya manusia yang
berpotensi dan berkualitas, berkemampuan akademik dan/atau
professional yang diharapkan mampu menjawab tuntutan tersebut. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah
dengan adanya praktek kerja lapang (PKL). PKL merupakan salah satu kegiatan
akademis yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya untuk menyelesaikan studinya. Pengertian dari
praktek kerja lapang sendiri adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa
dengan cara melakukan magang dalam lembaga atau instansi pemerintah atau swasta
terutama dalam minat keilmuan teknologi pertanian dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan, kami merasa tertarik
dan berkeinginan untuk memperoleh pengalaman belajar di PT. Nestle indonesia
yang merupakan salah satu industri pengelola susu terbesar di indonesia. Besar harapan kami dengan adanya tugas praktek kerja lapang di PT. Nestle
indonesia ini, untuk memperoleh ilmu sekaligus pengalaman di
perusahaan, khususnya dalam penerapan ilmu teknologi pangan yang telah dipelajari selama ini.
1.2 Tujuan
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka tujuan diadakannya praktek kerja lapang di PT. Nestle
Indonesia ini meliputi tujuan umum
dan tujuan khusus, yaitu :
1.2.1. Tujuan umum
1)
Memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1 di jurusan
teknologi hasil pertanian.
2)
Mampu
mengkorelasikan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan dengan realitas yang ada di lapangan.
3)
Sebagai langkah awal untuk
membangun mental mahasiswa menuju dunia kerja.
4)
Melatih mahasiswa untuk bekerja
mandiri di lapang dan sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi
lapangan pekerjaan yang nantinya akan ditekuni oleh para lulusan.
1.2.2. Tujuan khusus
1)
Mengetahui
dan memahami proses pengolahan susu bubuk (dry
processdan/ atau susu kondensasi di pt. Nestle
indonesia.
2)
Mengetahui, mempelajari dan
memahami lebih jauh aspek teknologi pertanian yang meliputi bahan baku, mesin
dan peralatan yang digunakan, proses produksi, pengawasan mutu, sanitasi dan
higiene serta pengolahan limbah yang ada di pt. Nestle indonesia
Bab II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Tinjauan tentang Susu Sapi
2.1.1 Definisi
susu sapi mengandung semua bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi dan sebagai bahan minuman yang sempurna.
Ini disebabkan karena susu sapi mengandung zat makanan yang dibutuhkan seperti
protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Perbandingan kandungan
gizinya bersifat optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang
sehingga apabila perawatan kebersihannya baik, air susu dapat diminum (adnan,
1994).
Susu merupakan senyawa kimia komplek yang dikeluarkan dari kelenjar mamae
sapi perah laktasi mengandung bahan makanan yang bernilai tinggi karena
mengandung lemak, protein, laktosa, mineral, air sitrat, enzyme dan vitamin.
Kualitas susu dapat dipengaruhi oleh flavor susu, yaitu karena adanya proses
fisika kimia yang terjadi selama penyimpanan.
Susu yang dikeluarkan dari ambing sapi perah juga mengandung bakteri dan
jumlah bakteri ini dapat ditekan dengan proses pasteurisasi (buckle,et.al,1985).
2.1.2 Sifat-Sifat Fisik Susu
1. Citarasa
rasa manis pada susu berasal dari laktosa
sedangkan rasa asin berasal dari klorida sitrat dan garam-garam mineral
lainnya. Cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan
hal ini mungkin merupakan akibat dari:
1. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa
makanan sapi misalnya alfafa, bawang merah, bawang putih dan cita rasa algae
yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari makanan dan air minum sapi
2. Sebab-sebab dari enzim yang cita rasa
tengik karena kegiatan lipase pada lemak susu
3. Sebab-sebab kimiawi yang disebabkan oleh
oksidasi lemak
4. Sebab-sebab dari bakteri yang timbul
sebagai akibat dari pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang
mudah menguap.
5. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin
menyerap cita rasa yang ada di sekitarnya, sabun dan dari larutan
khlor(buckle,et.al,1985).
2. Aroma/ bau
Air susu yang masih segar dan murni memilki bau yang khas.
-
Bau yang asam menunjukkan bahwa
air susu sudah basi, terlalu lama disimpan.
-
Air susu yang berbau busuk
meunjukkan bahwa air susu sudah rusak sama sekali.
-
Air susu yang masih segar dan
murni rasanya enak, sedikit manis dan sedikit beraroma lemak.
-
Air susu yang rasanya asin,
atau mungkin agak masam, pait, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak.
-
Rasa hambar, berarti air susu
itu telah di campuri oleh air.
3. Warna
Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning
kecoklat-coklatan. Warna
putih pada susu, serta penampakannya adalah akibat penyebaran butiran-butiran
koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat. Sedangkan bahan utama yang memberi warna kekuningan adalah karoten
dan riboflavin (buckle,et.al,1985).
4. Penggumpalan
Penggumpalan atau pengentalan
merupakan salah satu sifat susu yang paling khas.
Penggumpalan dapat
disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam (buckle,et.al,1985).
Gambar. Pelepasan molekul didalam susu pada waktu asam (rusak)
5. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi
antara 1.0260 dan 1.0320 pada suhu 20ºc. Keragaman tersebut disebabkan karena perbedaan lemak dan
kandungan zat-zat padat bukan lemak. Meningkatnya kerapatan susu terutama
disebabkan karena terbebaskannya gas-gas co2 dan n2 yang terdapat
di dalam susu yang baru saj diperoleh dari perahan. Bila ukuran kerapatan
digunakan untuk memeriksa komposisi
susu, susu perlu dipanaskan sampai 45-50ºc untuk menyingkirkan gas-gas tersebut
dan kemudian didinginkan lagi sampai 20ºc untuk mengukur kerapatan
(buckle,et.al,1985).
2.1.3 Sifat- Sifat Kimia
·
pH
ph susu segar berada di antara ph
6.6 dan 6.7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri,
angka-angka ini akan menurun secara nyata. Hal ini disebabkan karena aktivitas
bufer fosfat, sulfat dan protein yang biasanya ada di dalam susu. Bila pH susu
naik di atas 6.6 –6.8 biasanya hal ini dianggap sebagai tanda adanya mastitis
pada sapi karena penyakit ini menyebabkan perubahan keseimbangan mineral di
dalam susu (buckle,et.al,1985).
·
Sifat-sifat krim
Butiran-butiran lemak pada
susu timbul ke permukaan bagian atas
membentuk suatu lapisan krim yang jelas. Tebal krim sering dipakai sebagai
penunjuk bagi richness atau mutu susu. Susu yang telah dipasteurisasi
selama 15 detik pada suhu 71.7ºc mempunyai lapisan krim yang sedikit lebih
tipis dan tidak jelas (buckle,et.al,1985).
2.1.4 Komposisi Susu
Komposisi
susu sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, akan tetapi angka
rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah dapat dilihat pada
tabel 2.1. Berikut ini:
Tabel 2.1. Komposisi bahan dalam air susu
|
Komposisi susu
|
%
|
|
Lemak
|
3,9%
|
|
Protein
|
3,4%
|
|
Laktosa
|
4,8%
|
|
Abu
|
0,72%
|
|
Air
|
87,10%
|
(purnomo,1987)
·
Lemak susu
lemak atau lipid terdapat di dalam
susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang bergaris tengah antara 1-20 mikron
dengan garis tengah rata-rata 3 mikron. Biasanya terdapat kira-kira 1000x106
butiran lemak dalam setiap ml susu. Selain protein, vitamin a, zat warna
karoten, enzim-enzim tertentu seperti fosfatase, fosfolipid seperti lesitin,
dan sterol, kolesteroljuga berada pada lapisan tipis lemak susu (buckle,et.al,1985). Kerusakan-kerusakan
yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai perkembangan
flavor yang menyimpang dalam produk susu, seperti:
1. Ketengikan yang disebabkan karena
hidrolisa dari gliserida dan pelepasan asam lemak seperti butirat dan kaproat,
yang mempunyai bau yang keras, khas dan tidak menyenangkan.
2. Tallowiness yang disebabkan karena
oksidasi asam lemak tidak jenuh.
3. Flavor yang teroksidasi yang disebabkan
karena oksidasi fosfolipid.
4. Amis/ bau seperti ikan yang disebabkan
karena oksidasi dan reaksi hidrolisa (buckle,et.al,1985)
·
Protein susu
Protein
susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu casein yang dapat diendapkan oleh
asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat mengaalami denaturasi oleh
panas pada suhu kira-kira 650°c (buckle,et.al,1985).
Casein adalah protein utama
susu yang jumlahnya mencapai kira-kira 80% dari total protein. Casein itu
sendiri terdiri dari campuran sekurang-kurangnya tiga komponen protein yang
disebut casein alpha, beta dan gamma. Casein alpha adalah komponen utama yang
jumlahnya mencapai 40-60% dari total protein susu dedangkan jumlah casein beta
mencapai 20-30% dan gamma 3-7%(buckle,et.al,1985).
Sesudah lemak dan casein
dihilangkan dari susu, air sisanya dikenal sebagai whey. Kira-kira 0,5-0,7% dari
bahan protein yang dapat larut tertinggal dalam whey yaitu protein-protein
laktalbumin dan laktoglubin. Laktalbumin kira-kira berjumlah 10% dari protein
susu seluruhnya dan jumlahnya merupakan kedua terbesar sesudah casein
(buckle,et.al,1985).
·
Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat
utama yang terdapat di dalam susu. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari
glukosa dan galaktosa. Laktosa ini terdapat dalam susu dalam fase larutan yang
sesungguhnya sehingga mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan proses
hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim usus, laktase (b-galaktosidase) (buckle,et.al,1985).
Laktosa tidak semanis gula
tebu dan mempunyai daya larut sekitar 20% pada suhu kamar. Laktosa ini akan
mengendap dari larutan sebagai kristal yang keras seperti pasir dan mudah
diragikan oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang merupakan ciri khas
susu yang diasamkan (buckle,et.al,1985).
·
Mineral
Bila air pada susu dihilangkan
dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah akan diperoleh
sisa abu putih yang berisi bahan-bahan mineral. Unsur-unsur mineral utama pada
susu terlihat pada tabel 2.2 (buckle,et.al,1985).
Tabel 2.2. Kandungan mineral rata-rata dalam susu dan abu
|
Unsur
|
Dalam susu
(%)
|
Dalam abu
(%)
|
|
Potassium
Kalsium
Chlorine
Fosforus
Sodium
Magnesium
Sulfur
|
0,140
0,125
0,103
0,096
0,056
0,012
0,025
|
20,0
17,4
14,5
13,3
7,8
1,4
3,6
|
Mineral
lain terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (trace mineral),
contohnya adalah besi, tembaga, aluminium, boron, seng, mangan dan silikon
(buckle,et.al,1985).
·
Vitamin
Dipandang
dari sudut gizi, susu merupakan sumber yang cukup baik dari vitamin yang larut
air: vitamin b dan c, dan vitamin yang larut lemak: vitamin a,d dan e. Sebagian
vitamin c dapat dirusak oleh proses pasteurisasi. Kandungan berbagai vitamin
terlihat pada tabel 2.3 (buckle,et.al,1985).
Tabel 2.3. Kandungan vitamin
rata-rata susu segar
|
Vitamin
|
Kandungan per 100 g susu
|
|
Vitamin a
Vitamin c
Vitamin d
Vitamin e
Vitamin b
Thiamine
Riboflavin
Niacin
Pantothenic acid
Folic acid
Biotin
Pyridoxine
Vitamin b12
|
160 iu (international unit)
2,0 mg
0,5-4,4 iu
0,008 mg
0,035 mg
0,17 mg
0,08 mg
0,35-0,45 mg
3-,8 mg
0,5 mg
0,05-0,1 mg
0,5 , mg
|
2.2. Tinjauan tentang Susu Bubuk
susu bubuk merupakan susu kental atau susu uapan
yang dikeringkan sampai kadar air dalam produk tinggal 2% sampai 5% saja
(idris, 1992). Susu penuh, susu skim dan bahkan campuran dari keduanya dapat
dikeringkan, dan proses itu dapat juga diterapkan pada produk sampingan susu
seperti whey dan susu mentega (buckle, 1987).
tabel 2.4. Komposisi susu bubuk
|
Bahan penyusun
|
Kadar (%)
|
|
Protein
|
26,4
|
|
Lemak
|
27,5
|
|
Air
|
2,0
|
|
Laktosa
|
38,2
|
|
Sukrosa
|
0
|
|
Abu mineral
|
5,9
|
|
kalsium
|
0,909
|
|
fosfor
|
0.708
|
(webb, 1980)
tipe-tipe susu bubuk
menurut eckles (1980), tergantung pada kadar lemak, bahan baku yang diproses,
serta proses atau metode pengeringan yang digunakan. Beberapa
contoh produk susu bubuk, yaitu:
1.
Susu bubuk penuh:
Terbuat
dari susu dengan kandungan lemak yang normal.cara pengeringan yang lazim
digunakan adalah penyemprotan.
2.
Krim bubuk:
Proses
yang digunakan biasanya penyemprotan. Air dalam krim diuapkan hampir seluruhnya
3.
Susu bubuk:
Bahan
baku berupa susu skim, dikeringkan dengan cara penyemprotan ataupun dengan
drum.
4.
Susu mentega bubuk:
Sering
diproses dengan drum, tetapi susu mentega yang berasal dari krim manis sering
dikeringkan dengan penyemprotan dan dikenal sebagai spray process sweet
cream buttermilk powder.
5.
Whey bubuk:
dapat diproses dengan
penyemprotan atau drum.
2.3 Tinjauan tentang Susu Kental
Secara umum istilah susu kental berarti
susu yang dimaniskan, sedang istilah susu yang diuapkan (evaporated milk)
berarti produk-produk yang tidak dimaniskan. Kedua jenis produk ini dihasilkan
oleh penguapan hampa terhadap susu, baik susu keseluruhan maupun susu skim
dengan atau tanpa penambahan sukrosa. Perbandingan konsentrasi produk-produk
krim adalah kira-kira 2,5:1 dan untuk produk susu skim kira-kira 3:1 (purnomo,
1987).
Susu
kental diperoleh dengan cara mengurangi (menguapkan) kandungan air dalam susu
sampai kandungan airnya tinggal sekitar 40%. Dengan kadar air yang rendah ini
susu dapat tahan disimpan lama dalam keadaan baik. Apabila akan diminum, susu
kental harus diencerkan lagi dengan air panas atau air hangat.
Macam-macam susu kental :
Î Susu kental tidak manis (evaporated milk).
Diperoleh dengan jalan menguapkan sebagian kandungan
airnya. Menurut standar yang sudah
diakui oleh internasional, susu kental tidak manis harus mengandung lemak tidak kurang dari 7,9% dan bahan padat
bukan lemak tidak kurang dari 25,9%
Î Susu kental manis (sweetened condensed milk).
Susu kental ini bedanya dengan
susu kental tidak manis adalah adanya gula yang ditambahkan sehingga susu kental menjadi terasa manis.
Biasanya yang ditambahkan adalah sirup gula sebanyak 65% atau sirup gula yang
diberi dekstrosa. Kandungan akhir gula pada susu kental
adalah 42%.
Î Susu skim kental.
kadar bahan padatannya mencapai
30%. Kadang-kadang ada yang ditambahkan gula.
Î Krim kental
ada
yang manis, ada yang tidak manis
(hadiwiyoto, 1983).
2.4
Proses Pengolahan Susu
2.4.1.
Seleksi Penerimaaan Susu
Susu
sebelum diterima oleh pusat pengumpul atau perusahaan pengolahan susu, selain
diukur jumlahnya juga dilakukan penguian sesuai dengan standar yang ditentukan
yaitu, uji keasaman, uji kenampakan, uji kadar lemak, dan uji reduktase (van
den berg, 1987). Pemerintah indonesia menetapkan syarat-syarat fisik dan
kimiawi susu yang harus dipenuhi untuk dapat dikonsumsi tercantum dalam tabel
2.5 berikut ini.
Tabel 2.5. Syarat fisik dan kimiawi penerimaan susu di indonesia
|
Keterangan
|
Nilai
|
|
Berat jenis (pada suhu
27,5°c)
|
1,028
|
|
Kadar lemak
|
2,8%
|
|
Kadar bahan kering tanpa
lemak
|
8%
|
|
Keasaman
|
4,5°-7°sh
|
|
Uji alkohol 75%
|
Negatif
|
|
Uji titik didih
|
Negatif
|
|
Katalase
|
3cc
|
|
Titik beku
|
(-0,56)-(-0,52)°c
|
|
Angka refraksi
|
34
|
|
Kadar protein murni
|
2,7%
|
|
Angka reduktase
|
2-5jam
|
|
Jumlah kuman permililiter
|
3 juta
|
(buckle,
1987)
2.4.2.
Pendinginan
Pendinginan
susu pada suhu 4°c serta dengan penyimpanan produk susu
rendah sangtat efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang akan
menyebabkan penyakit, makanan beracun serta kebusukan (harper, 1976).
Tujuan dari pendinginan adalah (walstra dan janes, 1984):
a.
Menghambat pertumbuhan mikroba
b.
Mencegah otooksidasi
c.
Mencegah lipolisis.
2.4.3.
Klarifikasi dan Separasi
Klarifikasi bertujuan untuk memisahkan sel-sel
darah putih dan sel-sel lain yang terdapat dalam susu. Setelah klarifikasi
diharapkan akan diperoleh susu bersih yang bebas dari kotoran. Separasi
dimaksudkan untuk memisahkan air susu menjadi susu skim dan krim. Kedua
perlakuan tersebut berdasar atas kemampuan gaya sentrifugal untuk memisahkan
partikel yang mempunyai berat jenis yang berbeda (adnan, 1984).
2.4.4. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu perlakuan pemanasan
terhadap semua partikel susu atau produk susu pada suhu sekurang-kurangnya 61,6°c dan dipertahankan pada suhu 71°c selama 15 detik. Hal tersebut
dimaksudkan untuk membunuh semua mikroorganisme patogen serta sebagian besar
mikroorganisme pembusuk (idris, 1992).
2.4.5. Evaporasi
Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau
menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa fluida. Suhu produk
mula-mula dinaikkan hingga mencapai titik didihnya, dan selanjutnya terus
dipanaskan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan konsentrasi zat padat yang
diinginkan (bylund, 1995).
2.4.6. Homogenisasi
Homogenisasi dimaksudkan untuk membuat
globula-globula lemak yang semula diameternya bervariasi menjadi seragam dan
lebih kecil sehingga globula-globula tersebut akan tersebar merata ke seluruh
bagian susu (idris, 1992).
Proses homogenisasi dilakukan dengan homogenizer
pada suhu 50-60°c dengan tekanan 300-500 psi sampai lebih dari
1000 psi, ada tiga tipe homogenizer (eckles, 1980):
1. Tipe tekanan tinggi (high pressure type)
2. Tipe
tekanan rendah (low pressure rotery type)
3. Tipe gelombang suara (sonic vibrator)
2.4.7. Pengeringan
Pengeringan pada prinsipnya adalah pengurangan air
dari bahan dengan mengalirkan udara atau gas melalui bahan yang dikeringkan.
Tujuan dari pengeringan (spray dryer) adalah mengeringkan produk secepat
mungkin pada suhu yang sangat rendah dengan menyemprotkan ke dalam aliran udara
panas, produk cair dapat dikeringkan selama beberapa detik (kessler, 1981).
Menurut eckles, (1980), cara pengeringan dalam
membuat susu bubuk ada dua macam, yaitu proses pengeringan dengan penyemprotan.
1. Alat pengering tipe drum (drum dryer)
Susu dialirkan diantara dua drum dari suatu tangki
yang dipasang diatas drum tersebut atau
disemprotkan dengan alat khusus. Susu tersebut akan membentuk lapisan tipis
pada permukaan drum dan akan mengering dengan cepat. Uap air dari susu tersebut
lalu dikeluarkan dari ruangan dengan menggunakan penyedot uap. Susu yang sudah
kering dilepas dari permukaan drum dengan menggunakan suatu pengerok yang
dipasang di sepanjang sisi samping drum (eckles, 1980).
2.
Alat pengering tipe semprot
Proses pengerinmgan dalam spray dryer memiliki
tiga tahap, yaitu: dispersi konsentrat menjadi pertikel yang sangat halus,
pencampuran konsentrat pertikel halus ke dalam udara panas, dan pemisahan
partikel susu kering dari udara pengering (bylund, 1995).
2.4.8. Pengemasan
Menurut buckle (1987), pengemasan merupakan suatu
cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi suatu bahan pangan. Fungsi pengemasan yang utama adalah:
1. Mempertahankan produk agar bersih dan
memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya
2. Memberikan perlindungan terhadap kerusakan
fisik, air, oksigen, dan sinar
3. Harus berfungsi secara benar, efisien dan
ekonomis
4.
Harus mudah untuk dibentuk menurut
rancangan
5. Harus memberi pengenalan, keterangan dan
daya tarik dalam penjualan kepada konsumen.
Bab
III
Metodologi
3.1.
WAKTU DAN TEMPAT
PELAKSANAAN
Apabila
dimungkinkan, program Praktek Kerja Lapang ini akan diselenggarakan pada bulan
Juli - Agustus 2007, bertempat di PT. Nestle Indonesia,
Kejayan-Pasuruan.
3.2.
METODE PELAKSANAAN
Untuk mendapatkan data-data
baik data primer maupun data sekunder yang diperlukan untuk penyusunan laporan
maka pada Praktek Kerja Lapang ini dilakukan serangkaian kegiatan yaitu sebagai
berikut:
1. Diskusi dan wawancara langsung dengan staf
dan karyawan untuk memperoleh informasi yang diperlukan,
2.
Mengamati
secara langsung proses produksi yang berlangsung di PT. Nestle Indonesia, Kejayan-Pasuruan,
3. Pengumpulan data-data yang diperlukan dari
arsip perusahaan
3.3.
DATA-DATA YANG
DIPERLUKAN
Untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini serta sebagai pedoman dalam penyusunan
laporan, maka diperlukan data-data sebagai berikut:
1.
latar belakang pendirian
perusahaan,
2.
denah lokasi proses,
3.
diagram alir proses pembuatan
produk, dan
4.
beberapa data lain yang
menunjang