BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
#
Dewasa
ini, susu telah menjadi trend yang berkembang pesat di masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran atau kebiasaan
masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi susu sebagai bagian dari kebutuhan
hidup. Tidak hanya balita saja, kini kebutuhan akan susu untuk orang dewasa
juga semakin meningkat, bahkan banyak produsen susu yang merasa belum mampu
mencukupi semua permintaan susu di masyarakat. Hal ini disebabkan semakin giatnya lingkungan untuk
mempromosikan susu sebagai minuman dan bahan baku yang memiliki banyak sekali manfaat mulai dari balita
hingga orang tua.
Susu merupakan bahan pangan dengan proporsi seimbang yang
penting dan dikenal kaya akan zat gizi yang tinggi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Tidak hanya untuk dikonsumsi langsung, susu juga banyak digunakan
dalam kegiatan produksi. Berbagai macam produk dengan bahan dasar susu telah
banyak dibuat, baik pada industri skala kecil maupun skala besar. Hal ini
menyebabkan penelitian dan pendalaman ilmu tentang susu dan produk – produknya
terus dikembangkan mengingat semakin meningkatnya permintaan pasar akan inovasi
produk berbasis susu.
Susu yang biasanya dikonsumsi dan diperdagangkan pada
umumnya adalah susu sapi. Susu tidak hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk cair,
namun bahan pangan ini dapat diolah dan dikonsumsi dalam berbagai bentuk
seperti yogurth, yakult, keju, mentega dan berbagai bentuk olahan susu bubuk
dan susu kental manis. Untuk meningkatkan kualitas susu maka dalam proses
produksinya, biasanya olahan tersebut diperkaya dengan zat gizi tambahan,
misalnya dengan zat gizi kalsium (yang dikenal sebagai susu high calcium). Selain itu ada juga
dengan cara mengurangi kadar lemak susu (low
fat).
Susu merupakan salah satu
bahan pangan
yang kaya akan zat gizi. Kandungan
protein, glukosa, lipida, garam mineral,
dan vitamin dengan pH sekitar 6,80
menyebabkan mikroorganisme mudah
tumbuh dalam susu. Hal tersebut menyebabkan
susu harus segera diolah pasca panen untuk menghindari kerusakan
akibat pencemaran mikroba. Proses
pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis
produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu
terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpa nan bahan baku, penyiapan bahan
baku, proses produksi, pengemasan dan
penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan
sistem tertutup (close system) yang
dikontrol atau dioperasikan dari ruangan khusus.
PT. Greenfields merupakan perusahaan yang terbilang baru dan bergerak
dibidang peternakan dan pengolahan susu terintegrasi PT. Greenfields Indonesia berlokasi di Dusun Maduarjo, Desa Babadan, Kecamatan
Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Tingkat II Malang, Jawa Timur. Namun PT. Greenfields Indonesia memiliki
kemauan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga PT. Greenfields terus mengalami
perkembangan seiring dengan berjalannya waktu.
Produk-produk yang dihasilkan saat ini adalah susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan whipping cream yang dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan TFA (Tetra Fino Aseptic).
Dengan adanya persaingan dalam dunia industri yang
semakin ketat, maka setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses produksi karena akan mempengaruhi mutu dan
kualitas produk akhir. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas dari
sumber daya manusia yang menjalankan proses industri tersebut. Dalam hal ini Universitas Brawijaya sebagai salah satu perguruan tinggi ingin ikut andil dalam mencetak sumber daya
manusia yang berpotensi dan berkualitas,
berkemampuan akademik dan/atau professional yang
diharapkan mampu menjawab
tuntutan tersebut. Salah satu upaya
untuk mewujudkannya adalah dengan adanya praktek kerja lapang (PKL).
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan salah
satu kegiatan akademik yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1). PKL ini dilakukan mahasiswa dalam satu
dunia kerja di luar kampus dalam bentuk magang kerja dan dalam jangka waktu
tertentu. Dengan melaksanakan PKL ini mahasiswa diharapkan dapat memperoleh
gambaran tentang dunia kerja serta dapat membandingkan teori yang diperoleh
dari bangku perkuliahan dengan aplikasinya dalam dunia kerja. Dengan demikian
mahasiswa memperoleh pengalaman sebagai salah satu bekal beradaptasi dengan
dunia kerja dalam masyarakat.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan, kami
merasa tertarik dan berkeinginan untuk memperoleh pengalaman belajar di PT. Greenfields Indonesia yang merupakan salah satu industri pengelola susu
terbesar di indonesia. Besar harapan kami dengan adanya tugas praktek kerja lapang di PT. Greenfields Indonesia ini, untuk memperoleh ilmu sekaligus pengalaman di perusahaan,
khususnya dalam penerapan ilmu teknologi pangan yang telah dipelajari
selama ini.
1.2 Tujuan Praktek
Kerja Lapang
1.2.1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang program pendidikan tingkat strata satu (S-1)
di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
b. Sebagai
sarana studi banding antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama perkuliahan
dengan teknologi yang diterapkan di lapangan serta menelaah bila terjadi perbedaan.
c. Melatih
mahasiswa untuk bekerja mandiri di lapang dan
sekaligus berlatih beradaptasi dengan kondisi lapangan pekerjaan yang nantinya
akan ditekuni sesuai profesinya.
d. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
mengenai kondisi nyata di lingkungan kerja serta mengetahui
permasalahan-permasalahan beserta alternatif penyelesaiannya.
1.2.2.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui
kondisi secara umum perusahaan.
b. Mengetahui dan mempelajari proses
pasteurisasi, sterilisasi dan proses produksi serta pengolahan susu.
c. Mengetahui system pengendalian mutu dan
standarisasi pada proses penyediaan bahan baku, proses pengolahan dan produksi
susu.
d. Mengetahui dan mempelajari proses fermentasi
asam laktat pada pembuatan keju mozzarella.
e. Mengetahui pengemasan pada proses pengolahan
dan produksi susu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Susu
Badan Standarisasi Nasional (BSN) (1998), menyatakan
bahwa susu murni merupakan caiaran yang berasal dari sapi sehat dan bersih, dan
diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu murni yang tidak
mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi
kemurniannya.
Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas
berbagai nilai gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada
susu justru merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba sehingga susu merupakan
salah satu bahan pangan yang mudah rusak (perishable).
Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi
manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung
semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam
air susu dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh (Saleh, 2004).
Air susu termasuk jenis bahan pangan
hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan
diperoleh dengan cara pemerahan. Susu
kaya akan protein yang banyak dibutuhkan pada proses pertumbuhan, susu juga
dapat meningkatkan sistem imun tubuh sedangkan kandungan lainnya juga sangat
bermanfaat seperti kandungan asam amino untuk menentukan tingkat kecerdasan dan
vitamin serta mineral. Sebagai bahan
makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan
oleh tubuh seperti Calsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang
tinggi. Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan
vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang
fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan
dan selera konsumen. (Hadiwiyoto, S., 1983).
2.2 Komposisi
Susu
Pada dasarnya komposisi susu dari berbagai hewan adalah
sama yaitu: air, lemak susu, protein susu, laktosa, mineral, vitamin dan
lain–lain. Susunan zat-zat yang terkandung didalam air susu sapi adalah sebagai
berikut, air 87,70%, bahan kering 12,10%, bahan kering tanpa lemak 8,60%, putih
telur 3,20%, casein (bahan keju) 2,70%, albumin 0,50%, laktosa 4,60%, mineral
0,85% dan vitamin-vitamin (Hadiwiyoto,
S., 1983).
Faktor–faktor yang mempengaruhi komposisi susu, seperti:
species, bangsa, umur, musim, pakan, lama interval pemerahan, kegemukan induk
pada waktu melahirkan, fase laktasi, perbedaan individu, serta hal–hal lain
yang dianggap kurang begitu penting (Idris, 1992).
(Walstra, 2006)
·
Air
Susu
mengandung air sebesar 87,90 % dan berfungsi sebagai pelarut bahan kering.
·
Protein susu
Protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu
casein yang dapat diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang
dapat mengaalami denaturasi oleh panas pada suhu kira-kira 650°C. Casein adalah protein utama susu yang jumlahnya
mencapai kira-kira 80% dari total protein. Casein itu sendiri terdiri dari
campuran sekurang-kurangnya tiga komponen protein yang disebut casein alpha,
beta dan gamma. Casein alpha adalah komponen utama yang jumlahnya mencapai
40-60% dari total protein susu dedangkan jumlah casein beta mencapai 20-30% dan
gamma 3-7%. Sesudah lemak dan casein dihilangkan dari susu, air sisanya dikenal
sebagai whey. Kira-kira 0,5-0,7% dari bahan protein yang dapat larut tertinggal
dalam whey yaitu protein-protein laktalbumin dan laktoglubin. Laktalbumin
kira-kira berjumlah 10% dari protein susu seluruhnya dan jumlahnya merupakan kedua
terbesar sesudah casein (Buckle,et.al,1987).
·
Lemak susu
Lemak atau lipid
terdapat di dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang bergaris tengah
antara 1-20 mikron dengan garis tengah rata-rata 3 mikron. Biasanya terdapat
kira-kira 1000x106 butiran lemak dalam setiap ml susu. Selain
protein, vitamin a, zat warna karoten, enzim-enzim tertentu seperti fosfatase,
fosfolipid seperti lesitin, dan sterol, kolesterol juga berada pada lapisan
tipis lemak susu (Buckle,et.al,1985).
Besar kecilnya
lemak ditentukan oleh kadar air didalamnya. Makin banyak air makin besar
globuler (butiran lemak dalam susu) dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi
pecah. Bila globuler pecah maka susu juga akan pecah. Dan susu yang pdcah tidak
dapat dipisahkan lagi oleh krimnya, tidak dapat lagi dijadikan sebagai bahan
makanan. Dan akibatnya, susus akan menyerap bau disekitar. Kadar lemak dalam
susu sangatlah berarti dalam penentuan nilai gizi susu itu sendiri.
Kerusakan-kerusakan
yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai perkembangan
flavor yang menyimpang dalam produk susu, seperti (Buckle,et.al,1987):
a)
Ketengikan
yang disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan pelepasan asam lemak
seperti butirat dan kaproat, yang mempunyai bau yang keras, khas dan tidak
menyenangkan.
b)
Tallowiness
yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tidak jenuh.
c)
Flavor
yang teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.
d)
Amis/
bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi hidrolisa
·
Laktosa
Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat di dalam
susu. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa.
Laktosa ini terdapat dalam susu dalam fase larutan yang sesungguhnya sehingga
mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan proses hidrolisa menjadi glukosa
dan galaktosa oleh enzim usus, laktase (b-galaktosidase). Laktosa tidak semanis gula tebu dan
mempunyai daya larut sekitar 20% pada suhu kamar. Laktosa ini akan mengendap
dari larutan sebagai kristal yang keras seperti pasir dan mudah diragikan oleh
bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang merupakan ciri khas susu yang
diasamkan (Buckle,et.al,1987).
·
Mineral
Bila air pada susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa
yang kering dibakar pada panas rendah akan diperoleh sisa abu putih yang berisi
bahan-bahan mineral. Unsur-unsur mineral utama pada susu terlihat pada Tabel
2.2 (Buckle,et.al,1987).
Tabel 2.2 Kandungan mineral rata-rata dalam susu dan abu
|
Unsur
|
Dalam
susu
(%)
|
Dalam
abu
(%)
|
|
Potassium
Kalsium
Chlorine
Fosforus
Sodium
Magnesium
Sulfur
|
0,140
0,125
0,103
0,096
0,056
0,012
0,025
|
20,0
17,4
14,5
13,3
7,8
1,4
3,6
|
Mineral lain
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (trace mineral), contohnya
adalah besi, tembaga, aluminium, boron, seng, mangan dan silikon
(Buckle,et.al,1987).
·
Vitamin
Dipandang dari
sudut gizi, susu merupakan sumber yang cukup baik dari vitamin yang larut air:
vitamin b dan c, dan vitamin yang larut lemak: vitamin a,d dan e. Sebagian
vitamin c dapat dirusak oleh proses pasteurisasi. Kandungan berbagai vitamin
terlihat pada Tabel 2.3 (Buckle,et.al,1987).
Tabel 2.3. Kandungan vitamin rata-rata susu segar
|
Vitamin
|
Kandungan
per 100 g susu
|
|
Vitamin a
Vitamin c
Vitamin d
Vitamin
e
Vitamin
b
Thiamine
Riboflavin
Niacin
Pantothenic acid
Folic acid
Biotin
Pyridoxine
Vitamin b12
|
160 iu (international unit)
2,0 mg
0,5-4,4 iu
0,008 mg
0,035 mg
0,17 mg
0,08 mg
0,35-0,45 mg
3-,8 mg
0,5 mg
0,05-0,1 mg
0,5 , mg
|
2.3 Mikroorganisme Dalam Susu
Susu mengandung berbagai macam unsur dan sebagian besar
terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan
bakteri dalam susu sangat cepat pada suhu tertentu. Susu dalam ambing ternak
yang sehatpun tidak bebas dari hama dan mungkin mengandung sampai 500
organisme/mL. Jika ambing itu sakit jumlah organisme dapat meningkat menjadi
lebih besar dari 20.000 sel/mL (Buckle et
al,1987).
Beberapa kelompok bakteri yang sering terdapat pada susu
segar diantaranya :
a. Bakteri Asam Laktat
(BAL).
b.
Bakteri Koliform.
c. Bakteri Asam Butirat.
d. Bakteri Asam Propionat.
e. Bakteri pembusuk.
Beberapa kapang yang sering terdapat pada susu
diantaranya adalah Penicillium sp
yang sering disebut jamur susu dan Oospora
lactis yang dapat menyebabkan ketengikan pada mentega (Widowati, 2006).
2.4 Proses Produksi Susu Bubuk
Proses produksi susu adalah sebagai berikut :
2.4.1
Penerimaan Susu Segar
Beberapa tindakan penerimaan susu di perusahaan menurut
Idris (1992) :
·
Grading, dimaksudkan agar
diperoleh susu yang bermutu baik untuk diproses lebih lanjut. Yang melaksanakan
grading harus orang yang
berpengalaman. Untuk ini hanya dilakukan pengujian organoleptik terutama warna
dan bau guna memastikan apakah susu bisa diterima atau tidak.
·
Penuangan dan penimbangan,
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah susu yang disetorkan ke pabrik pengolahan
susu tersebut.
·
Pengambilan contoh dan
pengujian susu, dapat dilakukan bersamaan dengan waktu penuangan dan
penimbangan.
·
Pencucian bis susu (can), dimaksudkan untuk menjamin
sanitasinya. Milk can harus
dibersihkan dari sisa dengan menyiram dengan air bersih diikuti dengan
pembersihan memakai detergen, lalu dihapus hamakan dengan desinfektan kemudian
dikeringkan.
2.4.2
Pendinginan dan Penyimpanan
Meskipun susu sudah
dilakukan pendinginan perlu dicek lagi suhunya. Pendinginan perlu dilakukan,
terutama suhu susu dalam
bis susu, mengingat bahwa susu yang diterima di pabrik pada waktu itu belum tentu dapat segera diproses, sebab (Idris, 1992):
·
Menunggu jumlah susu
sesuai kapasitas alat, agar bekerjanya alat cukup efisien.
·
Kemungkinan tidak langsung
diproses pada saat itu juga.
Sandrou and Arvanitoyannis
(2000), menyatakan bahwa susu segar harus mempunyai kualitas mikrobiologis yang
baik dan disimpan pada suhu rendah untuk jangka waktu tertentu.
2.4.3
Penyaringan
Penyaringan dimaksudkan
untuk memisahkan benda–benda asing yang kasar, misalnya bulu atau rumput. Penyaringan dapat berlangsung dengan baik apabila susu
tidak terlalu dingin. Apabila terlalu dingin globula lemak dapat mengeras
sehingga mungkin akan tertinggal di atas saringan dan menyebabkan saringan
menjadi buntu. Penyaringan sebaiknya dilakukan pada tahap pemanasan pendahuluan
sebelum dipasteurisasi (Idris, 1992).
2.4.4
Klarifikasi
Klarifikasi ditujukan
untuk memisahkan benda–benda asing yang lebih halus, misalnya sel–sel epitel,
sel darah putih ataupun sel–sel bakteri. Karenanya klarifikasi dapat pula untuk
mengurangi jumlah bakteri dalam susu (Idris, 1992).
Sebelum pasteurisasi
seharusnya susu harus dilakukan klarifikasi untuk menghilangkan benda–benda
asing yang tidak diinginkan (Sandrou and Arvanitoyannis, 2000). Proses klarifikasi atau
pemisahan material asing dengan menggunakan sentrifugasi dapat dipakai untuk
memisahkan potensi cemaran fisik yang mungkin ada pada susu segar. Cemaran
fisik ini dapat berupa butiran batu, potongan pakan dan sebagainya yang
berpotensi berbahaya jika terikut pada produk akhir. Alat yang digunakan uintuk
klarifikasi ini disebut dengan clarifier
(Widodo, 2003).
2.4.5
Pasteurisasi
Tujuan pasteurisasi sendiri
adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen serta sebagian besar
mikroorganisme pembusuk (Idris, 1992),
Dalam pasteurisasi cara batch, sejumlah besar susu dipanaskan
seluruhnya sampai suhu tertentu selama suatu jangka waktu tertentu. Waktu dan suhu biasa dipergunakan adalah 30 menit pada
suhu 65oC. Suhu diatas 66oC menyebabkan timbulnya flavour
susu masak dan kemungkinan rusaknya lapisan tipis disekitar butiran lemak
sehingga mengurangi kecenderungan susu tersebut untuk membentuk lapisan krim.
Dalam metode HTST, susu ditahan selama 15–16 detik pada suhu 71,7 0C
dan 75 0C dengan menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan (plate type heatexchanger), suatu sistem
di mana pengawasan suhu harus dijaga sebaik mungkin. Akhir – akhir ini suatu
proses pasteurisasi baru , yang disebut proses Ultra High Temperature (UHT) telah dikembangkan. Susu dipanaskan
sampai 125 0C selama 15 detik
atau 131 0C selama 0,5 detik.
Pemanasan dilakukan di bawah tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran (turbulence) dan mencegah terjadinya
pembakaran susu pada lempeng–lempeng alat pemanas (Buckle et al, 1987).
Proses pasteurisasi
dan steriliasi dimaksudkan untuk membunuh patogen dan berbagai mikrobia perusak
lainnya yang mungkin ada pada susu segar. Proses ini sangat berguna dalam
menekan resiko bahaya mikrobiologi (microbial
hazards). Pada industri susu bubuk, proses pasteurisasi dan sterilisasi
dilakukan dengan kontinyu menggunakan sistem direct steam injection
yaitu proses injeksi uap panas selama beberapa detik pada susu yang mengalir
(Widodo, 2003).
2.4.6
Packaging (Pengemasan)
Alasan - alasan
diperlukannya pengemasan untuk susu menurut Idris (1992) adalah sebagai berikut
:
·
Merupakan suatu cara untuk
memberikan kemudahan pengangkutan dan distribusi.
·
Perlindungan terhadap
cemaran bakteri.
·
Perlindungan terhadap
perubahan kimiawi.
Buckle et al (1987), menyatakan bahwa salah
satu kelompok utama dari wadah–wadah untuk konsumen atau penjualan adalah kotak
yang dibuat dari kertas tebal dan karton yang kaku dan dapat dilipat. Bahan pengemas seharusnya
dibuat dengan higienis dan seharusnya
tetap dijaga/disimpan agar menjaga dari hewan pengerat dan debu. Pengemas seharusnya diberi informasi tentang lama simpan
dan cara penyajiannya (Sandrou and
Arvanitoyannis, 2000).
2.5
Sifat –
sifat air susu
2.5.1
Sifat
fisik
1)
Warna air susu :
Warna air susu dapat berubah dari
satu warna kewarna yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan,
jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar
dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari
susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan
partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah
karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka
susu akan menunjukkan warna kebiruan (Saleh, 2004).
2)
Rasa dan bau air susu
Komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas air
susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan
rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Cita
rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini
mungkin merupakan akibat dari (Buckle et al., 1987):
a. Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya
alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke
dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi.
b. Sebab-sebab dari enzim yang menghasilkan cita rasa tengik karena
kegiatan lipase pada lemak susu.
c. Sebab-sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak.
d. Sebab-sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat pencemaran
dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat
dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
e. Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa cat
yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan chlor.
Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang
tidak sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap
bau disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air
susu (Saleh, 2004).
3)
Berat jenis air susu :
Air susu mempunyai berat jenis yang
lebih besar daripada air. Berat jenis air susu = 1.027-1.035 dengan rata-rata
1.031. Akan tetapi menurut codex susu, berat jenis air susu adalah 1.028. Codex
susu adalah suatu daftar satuan yang harus susu adalah 1.028. Codex susu adalah
suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan.. Berat
jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal
akan menunjukkan hasil berat jenis yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh
(Saleh, 2004):
·
Perubahan kondisi lemak
·
Adanya gas yang timbul didalam air susu
4)
Kekentalan air susu (viskositas)
Viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu
biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C viskositas whey 1,2 cP,
viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air
susu mempengaruhi viskositas (Saleh, 2004).
5)
Titik beku dan titik cair dari air
susu :
Titik beku air adalah 00 C. Pada codex air susu
dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.5000 C. Akan tetapi untuk
Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Apabila terdapat pemalsuan
air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian
dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan
memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air
susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan
mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air (Saleh, 2004).
6)
Daya cerna air susu
Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat
dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena
itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan
makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya denagn
air susu (Saleh, 2004).
7)
Penggumpalan
Penggumpalan atau pengentalan merupakan salah satu sifat
susu yang paling khas.
Penggumpalan dapat disebabkan
oleh kegiatan enzim atau penambahan asam (Buckle,et.al,1985).
Gambar
2.1 Pelepasan molekul didalam susu pada waktu asam (rusak)
2.5.2
Sifat
kimiawi
1) pH
pH
susu segar berada di antara ph 6.6 dan
6.7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri,
angka-angka ini akan menurun secara nyata. Hal ini disebabkan karena aktivitas
bufer fosfat, sulfat dan protein yang biasanya ada di dalam susu. Bila pH susu
naik di atas 6.6 –6.8 biasanya hal ini dianggap sebagai tanda adanya mastitis
pada sapi karena penyakit ini menyebabkan perubahan keseimbangan mineral di
dalam susu (Buckle,et.al,1987).
Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat.
Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang
bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam
amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih
tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5
menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Saleh, 2004).
2)
Sifat-sifat krim
Butiran-butiran lemak pada susu timbul ke permukaan bagian atas membentuk suatu lapisan krim yang
jelas. Tebal krim sering dipakai sebagai penunjuk bagi richness atau
mutu susu. Susu yang telah dipasteurisasi selama 15 detik pada suhu 71.7ºc
mempunyai lapisan krim yang sedikit lebih tipis dan tidak jelas
(Buckle,et.al,1987).
2.6 Standar Mutu Susu
Di dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
Susu Segar nomor 01-3141-1998 dijelaskan bahwa Susu Segar adalah susu murni yang tidak mendapatkan
perlakuan apa pun kecuali proses pendinginan dan tanpa mempengaruhi
kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses pengolahan
selanjutnya maka susu segar harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut
tabel syarat mutu susu segar berdasarkan
SNI 01-3141-1998 (BSN, 1998).
Tabel 2.4
Syarat mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998
|
No.
|
PARAMETER
|
SYARAT
|
|
|
|
2
|
3
|
|
|
1.
|
SUSUNAN SUSU
|
Berat Jenis (BJ) pada suhu 27,5ºC
|
Minimal 1,0280
|
|
Kadar lemak
|
Minimal 3,0 %
|
||
|
Bahan Kering Tanpa lemak (BKTL) atau Soliod Non Fat
(SNF)
|
Minimal 8,0%
|
||
|
Kadar Protein
|
Minimal 2,7%
|
||
|
Cemaran logam berbahaya:
- Timbal (Pb)
-
Seng (Zn)
-
Merkuri (Hg)
-
Arsen (As)
|
Maksimum 0,3 ppm
Maksimum 0,5 ppm
Maksimum 0,5 ppm
Maksimum 0,5 ppm
|
||
|
2.
|
KEADAAN SUSU
|
Organoleptik : warna, bau, rasa dan kekentalan
|
Tidak ada perubahan
|
|
Kotoran dan benda asing
|
Negatif
|
||
|
|
|
Cemaran
mikroba
- Total kuman
- Salmonella
- Escherichia coli
(patogen)
- Coliform
- Streptococcus group B
-
Staphylococcus aureus
|
Maksimum 1.000.000 CFU/ml
Negatif
Negatif
20 CFU/ml
Negatif
100 CFU/ml
|
|
Jumlah
sel radang
|
Maksimum 40.000 / ml
|
||
|
Uji
Katalase
|
Maksimum 3 cc
|
||
|
Uji Reduktase
|
2 - 5 jam
|
||
|
Residu antibiotika,
pestisida dan insektisida
|
Sesuai
dengan peraturan yang berlaku
|
||
|
Uji alkohol (70%)
|
Negatif
|
||
|
Derajat Asam
|
6 - 7oSH
|
||
|
|
|
Uji
Pemalsuan
|
Negatif
|
|
Titik Beku
|
-0,520 s/d -0,560oC
|
||
|
Uji Peroksidase
|
Positif
|
||
(BSN, 1998)
2.7
Beberapa
Jenis Produk Susu Dipasaran
2.7.1 Susu
Segar
Susu
segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan
bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat (AAK, 1995). Susu
jenis ini merupakan susu yang baru saja diperah dari peternakan. Akan lebih
baik jika sebelum dikonsumsi direbus dulu hingga mendidih karena masih banyak
sekali bakteri pathogen yang terkandung dari perahan susu tersebut. Susu sangat
sedikit yang dijual benar – benar segar, yaitu langsung dari pemerahan sapi
perah. Hal ini karena adanya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi oleh
berbagai bakteri pathogen, seperti bakteri penyebab typus, diphteri, radang
tenggorokan dan tbc. Karena alasan tersebut maka susu yang akan dijual sebelumnya
dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen yang mungkin terdapat di
dalamnya dapat dimusnahkan (Wardana, 2012).
2.7.2
Susu Pasteurisasi
Salah
satu produk olahan susu cair yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah susu
pasteurisasi. Dari beberapa produk olahan susu cair yang ada di pasaran, susu
pasteurisasi menempati urutan kedua setelah susu UHT dengan pangsa pasar 42%.
Menurut Karya (2001), rendahnya konsumsi susu pasteurisasi disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain umur simpannya relatif singkat, proses penanganannya
sulit, dan adanya persepsi sebagian besar masyarakat bahwa susu pasteurisasi
kurang aman dikonsumsi. Pasteurisasi adalah perlakuan panas dengan suhu lebih
rendah dari susu sterilisasi dan biasanya dilakukan di bawah suhu didih air,
yaitu pada suhu 73 ᴼC selama 30 menit atau 92ᴼC selama 15 detik (Idris, 1992).
Pemanasan
pada pasteurisasi merupakan pemanasan ringan untuk membunuh sebagian
mikroorganisme patogenik dengan menekan seminimal mungkin kehilangan nilai
nutrisi dan mempertahankan semaksimal mungkin sifat fisik dan cita rasa susu
segar (Purnomo dan Adiono 1987).
Metode
Pasteurisasi yang umum digunakan adalah (Idris, 1992):
a) Pasteurisasi
dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST),
yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 750C
dengan alat Plate Heat Exchanger.
b) Pasteurisasi
dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time/LTLT) yakni
proses pemanasan susu pada suhu 610C selama 30 menit.
c) Pasteurisasi
dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) yaitu memanaskan susu
pada suhu 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi
untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat
pemanas.
2.7.3 Susu
Sterilisasi
Susu
jenis ini biasa dikemas dengan kemasan tetrapack yaitu kardus yang ada lapisan
alumunium foilnya di dalam. Susu jenis ini tidak harus disimpan dalam suhu
dingin. Susu sterilisasi yang banyak
dijual orang adalah susu ultra. Proses sterilisasi juga termasuk pemanasan.
Apabila pasteurisasi hanya bertujuan membunuh bakteri-bakteri patogen maka
sterilisasi bertujuan untuk membunuh semua bakteri baik pathogen maupun non
patogen. Suhu yang digunakan lebih tinggi dari suhu pasteurisasi yaitu sekitar
104-140oC.
dengan yang sangat pendek kurang lebih 1-4 detik saja. Alat yang digunakan
untuk sterilisasi misalnya otoklav (kapasitas kecil) dan retrot (kapasitas besar). Metode yang digunakan dalam proses sterilisasi ada 3 yaitu (Saleh, 2004):
1)
One stage (autoclave) dengan suhu 110-120oC selama 10-40 menit
2)
Two stage (UHT) dengan suhu 135-155oC selama 2-5 detik
3)
Continuous sterilisasi, yaitu dengan melakukan kedua
metoda diatas
2.7.4 Susu
Bubuk
Berdasarkan SNI 3752-2009, yang
dimaksud susu bubuk adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mengurangi
sebagian besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu
rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin,
mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Deputi MENLH (2006)
menyebutkan bahwa pembuatan susu bubuk merupakan salah satu upaya untuk
mengawetkan susu sehingga dapat tahan lebih lama. Susu jenis ini dapat langsung
dibedakan dari bentuk dan penampilannya. Produk susu bubuk merupakan hasil
proses penguapan dan pengeringan dengan cara penyemprotan dalam tekanan tinggi.
Menurut Susilorini dan Sawitri
(2007), kadar air susu bubuk sekitar 5%. Proses pembuatannya melalui tahap
pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan bertujuan untuk
menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45-50%. Pemanasan pendahuluan
menggunakan temperatur antara 65-170oC, tergantung jenis susu bubuk yang akan
dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah dibanding susu bubuk
skim. Chan (2008) mengklasifikasikan susu bubuk ada beberapa jenis seperti
berikut:
·
Susu bubuk full cream,
susu bubuk dengan kandungan lemak sampai 100%
·
Susu bubuk half cream,
susu bubuk kandungan lemaknya dikurangi hingga hanya 50%
·
Susu skim, susu bubuk
yang kandungan lemaknya hanya sekitar 10%
·
Whey powder,
merupakan bahan sisa dari proses pembuatan susu bubuk.
Tabel 2.2. Spesifikasi persyaratan mutu susu bubuk SNI 01-2970-1999
|
No.
|
Jenis uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
||
|
Susu bubuk berlemak
|
Susu bubuk rendah lemak
|
Susu bubuk tanpa lemak
|
|||
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Keadaan
Air
Abu
Lemak
Protein
Pati
Cemaran logam
Cemaran
mikroba
|
-
-
b/b, %
b/b, %
%
%
%
%
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
koloni/g
APM
koloni/g
koloni/100g
koloni/g
|
normal
normal
maks.
4,0
maks.
6,0
min.
26,0
min.
25,0
tidak
ternyata
maks.
20,0
maks.
0,3
maks.
40,0
maks.
40,0/250,0*)
maks.
0,03
maks.
0,1
maks.
5 x 105
maks.
20
negatif
negatif
1 x 102
|
normal
normal
maks.
4,0
maks.
9,0
1,5-<
26,0
min.
26,0
tidak
ternyata
maks.
20,0
maks.
0,3
maks.
40,0
maks.
40,0/250,0*)
maks.
0,03
maks.
0,1
maks. 5 x 105
maks. 20
negatif
negatif
1 x 102
|
normal
normal
maks.
4,0
maks.
9,0
maks.
1,5
min.
34,0
tidak
ternyata
maks.
20,0
maks.
0,3
maks.
40,0
maks.
40,0/250,0*)
maks.
0,03
maks. 0,1
maks. 5 x 105
maks. 20
negatif
negatif
1 x 102
|
|
CATATAN *) Untuk
kemasan kaleng
|
|||||
(BSN,
1998)
2.7.5 Susu
Kental Manis
Susu kental manis atau biasa disebut
sweetened condensed milk adalah susu segar atau susu evaporasi yang telah
dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan kemudian ditambahkan gula
sebagai pengawet. Susu kental manis dapat ditambah lemak nabati dan vitamin.
Susu kental manis dapat juga tidak dari susu segar atau susu evaporasi, yang
disebut susu kental manis rekonstitusi. Susu kental manis rekonstitusi terbuat
dari bahan-bahan seperti susu bubuk skim, air, gula, lemak, vitamin dan
lain-lain, sehingga diperoleh susu dengan kekentalan tertentu. Pada pembuatan
susu kental manis yang asli, pertama-tama susu dipanaskan pada suhu 65 – 95 ᴼC
selama 10 – 15 menit dengan tujuan membantu menstabilkan susu selama
penyimpanan dan membunih mikroba patogen dan enzim. Selanjutnya ditambah gula
sampai konsentrasinya mencapai 62.5 %. Selanjutnya susu diuapkan dengan
evaporator vakum pada tekanan 47 mmHg dan suhu 51 ᴼC, sampai diperoleh
kekentalan yang dikehendaki atau total padatan telah mencapai 70 – 80 % bahan
kering, dengan kadar air 20 – 30%. Selanjutnya diisikan ke kaleng dan dilakukan
penutupan. Pengolahan SKM di Indonesia banyak dilakukan dengan cara
rekonstitusi, yaitu mencampurkan kembali bahan-bahan baku SKM hingga membentuk
emulsi susu yang manis dan cukup kental. Untuk memperoleh susu yang lebih
kental, dilakukan penguapan sebagian air dari campuran tersebut. Dengan cara
rekonstitusi, jumlah air yang harus diuapkan pada pembuatan SKM jauh lebih
sedikit, karena total padatan yang diperoleh dari hasil penggabungan kembali
(rekonstitusi) telah mencapai 70.7 – 70.9 %.
2.8
Berbagai
produk hasil olahan komoditi susu
Susu
selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat pula diolah terlebih dahulu
menjadi susu olahan. Konsumsi masyarakat terhadap susu olahan lebih banyak
dibandingkan dengan konsumsi susu segar. Pengolahan susu tidak saja dilakukan
oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) tetapi juga industri rumah tangga.
Pengolahan susu oleh industri rumah tangga dapat memberkan nilai tambah yang
besar bagi usaha sapi perah rakyat.
2.8.1 Mentega
Mentega diperoleh dan dibuat dari
cream melalui proses yang disebut “churning”. Cream tersebut diaduk dan
dikocok, sehingga menghancurkan lapisan membran yang menyelubungi butir-butir
lemak. Terjadilah pemisahan dua phase; yaitu fase lemak terdiri dari lemak
mentega, dan phase air yang melarutkan berbagai zat yang terdapat dalam susu.
Gumpalan-gumpalan lemak susu dipisahkan bagian lain dan dicuci dengan air
dingin yang beberapa kali diganti dengan air baru untuk menghilangkan susunya.
Mentega biasanya diberi garam, dan hal ini untuk mengeluarkan air yang tersissa
dalam lemak susu (Butter fat). Mentega biasanya mengandung air 15 persen,
sebagian dari jumlah tersbut dalam bentuk teremulsifikasi.mentega harus
memiliki kadar lemak minimal 80 persen. Tingginya kadar air dalam mentega
menyebabkan mentega mudah menjadi tengik bila disimpan pada tempat yang hangat.
Salah satu asam lemak yang dilepaskan adalah asam butyrat, berantai pendek,
mudah menguap dan berbau tidak enak.
2.8.2 Keju
Keju adalah produk yang dibuat dengan
cara mengkoagulasikan kasein susu, susu krim atau susu yang kaya dengan krim.
Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi garam, asam atau enzim, pemekatan
atau kombinasinya. Setelah dikoagulasi, curd (padatan yang sebagian
besar kandungannya protein) yang dihasilkan diperam, ada juga jenis keju yang
tidak melalui pemeraman. Jenis keju yang dihasilkan tergantung dari
bermacam-macam faktor.
Menurut Kordylas (1991), faktor
penting dalam pembuatan keju adalah kandungan air dan pemeraman. Berdasarkan
pada kandungan airnya keju dibagi dua kelas yaitu keju lunak yang mengandung
40-75% air yang mudah busuk dan keju keras yang mengandung 30-40 % air yang
dapat disimpan beberapa tahun dibawah kondisi penyimpanan yang baik. Keju
merupakan salah satu bahan pangan dengan daya simpan yang baik dan kaya akan
protein, lemak, kalsium, fosfor, riboflavin dan vitamin-vitamin lain dalam
bentuk pekat (Daulay, 1991).
2.8.3
Yoghurt
Merupakan
salah satu cara pengawetan susu adalah dengan mengasamkan melalui proses
fermentasi oleh bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus yang menghasilkan konsistensi menyerupai pudding (Tamime
dan Robinson, 1989).
Yoghurt
bermanfaat bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (laktosa) yang
dikenal sebagai penderita lactose intolerance karena selama proses
pembuatan yoghurt, kadar gula susu diturunkan sampai seperempatnya. Yoghurt
merupakan makanan yang bergizi sehingga dengan minum yoghurt dapat meningkatkan
kesehatan. Selain itu, bakteri-bakteri yoghurt dapat menyelimuti dan membuat
dinding usus menjadi asam. Kondisi ini menyebabkan mikroba patogen tidak dapat
menyerang (Halferich dan Westhoff, 1980).
Pada
dasarnya dalam pembuatan yoghurt, susu yang akan difermentasikan perlu
dipanaskan dulu untuk menurunkan populasi mikroba untuk memberikan kondisi yang
baik bagi pertumbuhan biakan dan mengurangi airnya agar diperoleh yoghurt yang
lebih padat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemanasan susu dilakukan
sampai 85-90ᴼC selama 10-15 menit atau 80-85ᴼC selama 15-20 menit, kemudian
didinginkan sampai 48ᴼC, selanjutnya diinokulasi biakan (starter) sebanyak 2-3 %
dan diinkubasikan pada suhu 45ᴼC sampai keasaman mencapai 0,85-0,90 % asam
laktat (Dewipadma, 1978).
Komponen
susu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktosa dan kasein.
Laktosa digunakan sebagai sumber energi dan karbon selama pertumbuhan biakan
yoghurt dan proses selanjutnya menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam
laktat akan meningkatkan keasaman susu. Kasein yang merupakan bagian terbanyak
dalam susu mempunyai sifat sangat peka terhadap perubahan keasaman sehingga
dengan menurunnya pH susu menyebabkan kasein tidak stabil dan terkoagulasi
menjadi yoghurt (Halferich dan Westhoff, 1980).
Kualitas
yoghurt sangat dipengaruhi oleh jenis susu, starter dan suplemen yang digunakan
dalam pembuatan yoghurt (Abraham et al., 1993). Jenis susu yang baik
untuk pembuatan yoghurt berdasarkan kualitasnya dan preferensi konsumen,
berturut-turut adalah susu sapi, susu kambing, susu kental manis, susu krim dan
susu skim. Sedangkan suhu penyimpanan yoghurt yang dianjurkan adalah 5ᴼC (ABUBAKAR
et al, 2000).
2.8.4
Kefir
Kefir berasal dari pegunungan
Kaukasus diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Rusia Barat Daya. Namanya pun
berbeda-beda untuk masing-masing daerah, seperti, kippe, kepi, khapov,
khephir dan kiaphir. Jenis susu fermentasi dalam bentuk kristal
ini sudah banyak dikonsumsi di beberapa negara Asia dan Skandinavia. Di Rusia,
kefir sudah lama dimanfaatkan secara luas seperti dirumah sakit dan sanatorium
karena dianggap penting sebagai penunjang kesehatan dan memiliki kemampuan
probiotik yang tinggi. Komposisi dan kadar nutrisi kefir adalah : air (89,5%),
lemak (1,5%), protein (3,5%), abu (0,6%), laktosa (4,5%) dan pH 4,6. Banyak
sedikitnya asam laktat dan alkohol dalam kefir sangat dipengaruhi oleh kadar
laktosa bahan baku, jenis mikroba starter, dan lama fermentasi. Bahan baku susu
yang berkadar lemak tinggi menghasilkan kefir dengan kadar lemak tinggi pula.
Kefir dibuat melalui fermentasi susu yang telah dipasteurisasi dan diinokulasi
biji kefir selama waktu tertentu. Pembuatan kefir dengan bahan-bahan susu segar
dan starter berupa butir-butir kefir ini ternyata dapat dilakukan dengan
peralatan sederhana seperti kompor , saringan plastik, pengaduk dan panci
email.
2.8.5
Yakult
Yakult, sebenarnya adalah merk
dagang, karena sekarang sudah banyak saingan juga yang kandungan bakteri dalam
susu fermentasinya sama seperti vitacharm yang mulai menyodok dominasi yakult,
seperti yang ditulis oleh wikipedia, yakult susu fermentasi dari skimsusu yang
pertama kali diproduksi oleh Minoru Shirota tahun 1930-an. yakult mempunyai
kandungan bakteri : Lactobacillus Casei yang mempunyai khasiat
diantaranya untuk membantu dalam proses pencernaan. Adapun kandungan /
komposisi Yakult adalah :
·
Gula ( Sukrosa/Dektrosa )
untuk menyeimbangkan asam dengan manis
·
Susu Bubuk Skim
·
Perasa Alami
·
Lactobacillus casei Shirota,
8 miliar per 65 mL botol (konsentrasi 108 CFU / mL) air
2.9
Sanitasi
Sanitasi merupakan
hal penting yang harus dimiliki industri pangan dalam menerapkan Good Manufacturing Practices. Sanitasi
dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit atau kecelakaan dari konsumsi pangan
yang diproduksi dengan cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor di
dalam pengolahan pangan yang berperan dalam pemindahan bahaya (hazard)
sejak penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan penggudangan produk
sampai produk akhir didistribusikan (Thaheer,2005).
Dalam proses sanitasi diperlukan suatu
prosedur standar yang dapat mencakup seluruh area dalam produksi produk pangan.
Prosedur standar yang digunakan adalah Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP). Menurut Food and Drug Administration USA maka
SSOP umumnya meliputi delapan aspek, yaitu (Thaheer, 2005):
1.keamanan air
2.kondisi/kebersihan permukaan
yang kontak dengan makanan
3.pencegahan kontminasi silang
4.kebersihan pekerja
5.pencegahan atau perlindungan
dari adulterasi
6.pelabelan dan penyimpanan yang
tepat
7.pengendalian kesehatan karyawan
8.pemberantasan hama
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
3.1.1 Waktu pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan
selama kurang lebih selama satu bulan yang dimulai pada tanggal 21 Juli 2015 – 19 Agustus 2015.
3.1.2
Tempat
Pelaksanaan
Praktek
kerja lapangan dilaksanakan di :
Nama Perusahaan : PT.
Greenfields Indonesia
Alamat Perusahaan : Desa
Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur
3.2
Metode
Kegiatan
Kegiatan
PKL ini dilakukan dengan melakukan wawancara, pengumpulan dan pencatatan data,
pengamatan lapang serta studi pustaka, dengan rincian metode kegiatan yang
berupa rangkaian kegiatan sebagai berikut :
3.2.1 Studi kepustakaan
Studi
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang
diteliti.
3.2.2
Praktek kerja lapang
Praktek kerja lapang sesuai aktifitas
yang ada di perusahaan saat melakukan kegiatan.
3.2.3
Diskusi
Interaksi
yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini memberi informasi, merubah,
memperbaiki, atau menerima suatu/sesuatu dari yang lain dan bertukar pikiran
tentang suatu masalah
3.2.4 Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan
informasi dari sumber secara lisan.
3.2.5 Observasi
Observasi
diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Objek yang akan diamati yaitu:
1. Proses Pasteurisasi dan
Sterilisasi pada system pengolahan dan produksi susu
·
Tahap persiapan pasteurisasi dan sterilisasi
·
Tahap proses pasteurisasi
·
Proses akhir dan pendinginan susu pasteurisasi
·
Bagian alat pasteurisasi dan sterilisasi
2. System pengendalian mutu pada
pengolahan dan produksi susu
·
Pengendalian mutu bahan baku
·
Pengendalian mutu bahan baku pembantu
·
Pengendalian mutu pada proses produksi
·
Pengendalian mutu produk susu
·
Proses standarisasi setiap tahap pengolahan susu
3.
Proses fermentasi asam laktak pada pembuatan keju mozzarella
·
Proses pengasaman susu
·
Proses fermentasi pada pembuatan keju
·
Penambahan enzim
·
Pematangan keju
·
Penyimpanan keju
4.
Proses pengemasan dan penyimpanan pada produksi susu
·
Bagian alat pengemasan dan
kapasitas produksi
·
Proses pengemasan aseptik
·
Proses penyimpanan
·
Proses pendistribusian
3.3
Materi
Kegiatan
Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
materi yang akan dipelajari dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
3.3.1 Keadaan Umum Pabrik
a. Sejarah
berdirinya dan perkembangan pabrik
b.
Tujuan dan
latar belakang pendirian perusahaan
c.
Lokasi dan tata letak pabrik
d. Struktur
organisasi
e. Tugas,
fungsi dan wewenang tiap bagian
3.3.2
Aspek Keteknikan Pertanian
a. Bahan
baku
1) Bahan
baku utama
2) Bahan
baku tambahan
b. Proses
Produksi
1) Proses
awal
2) Proses
pertengahan
3) Proses
akhir
c. Alat
dan Mesin Pengolahan
1) Spesifikasi
alat pengolahan bahan baku
2) Prinsip
kerja dan pengoperasiannya
3) Fungsi
4) Gambar/Foto
d. Pengawasan
Mutu
1)
Bahan baku
2)
Selama proses
3)
Produksi
akhir
4)
Pengemasan
dan penyimpanan
e. Sanitasi
1) Sanitasi
bahan baku
2) Sanitasi
air
3) Sanitasi
bangunan dan peralatan
4) Sanitasi
kerja
f. Pemasaran
1) Pangsa
pasar
2) Jangkauan
pemasaran pasar
Berikut jadwal kegiatan pelaksanaan praktek kerja lapang yang kami ajukan
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan PKL yang diajukan
3.1 Jadwal
Kegiatan
|
No
|
Nama Kegiatan
|
Pelaksanaan bulan/minggu ke-
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
Ket.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
|
||||||||||||||||||||
|
1
|
Penulisan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
2
|
Konsultasi Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
3
|
Perbaikan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
4
|
Pengajuan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
5
|
Aktivitas Lapang
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a.Kondisi Umum
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
b.Organisasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
c.Ketenagakerjaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
d.Pengamatan Lapang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
e.Tata Letak & Peralatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
f.Aspek
Teknologi
Pertanian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
g. Observasi Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
h. Tugas Khusus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
i. dll
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
6
|
Penulisan dan konsultasi laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
7
|
Ujian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
8
|
Revisi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
9
|
Pengumpulan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
terima kasih gan artikelnya
ReplyDeleteApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
ReplyDeleteTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Kaporit tablet,cair & serbuk
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium