Thursday, March 9, 2017

1) Mengetahui dan memahami proses pengolahan susu bubuk (dry process) atau susu kondensasi di PT. Nestle indonesia

Bab I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
  Susu adalah salah satu bahan pangan dengan proporsi seimbang yang penting dan banyak digunakan dalam industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam produk dengan bahan dasar susu telah banyak dibuat baik pada industri skala kecil maupun skala besar. Permintaan akan produk berbahan dasar susu yang cenderung meningkat, serta banyaknya permintaan pasar akan inovasi produk berbasis susu menyebabkan pendalaman ilmu mengenai susu dan produk-produknya menarik untuk dipelajari.
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang kaya akan zat gizi. Kandungan protein, glukosa, lipida, garam mineral, dan vitamin dengan pH sekitar 6,80 menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dalam susu. Hal tersebut menyebabkan susu harus segera diolah pasca panen untuk menghindari kerusakan akibat pencemaran mikroba. Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol atau dioperasikan dari ruangan khusus
Susu mengandung nilai gizi yang tinggi, namun mudah sekali mengalami kerusakan terutama oleh mikroba. Susu dalam keadaan normal  bertahan maksimal 4 jam setelah pemerahan tanpa mengalami kerusakan maupun penurunan kualitas. Kerusakan susu bisa terjadi kurang dari 4 jam setelah pemerahan. Susu yang  berasal dari ambing sapi biasanya mengandung bakteri dimana pada saat pancaran pertama waktu pemerahan sudah mengandung bakteri dan jumlahnya berkisar antar 500 dan 1000 per milliliter.  Oleh karena permasalahan tersebut, peningkatan pengetahuan mengenai pengolahan produk susu perlu ditingkatkan.
PT. Nestle yang pada awalnya didirikan oleh henry nestle pada tahun 1867 merupakan salah satu perusahaan pengelola susu dalam skala besar. Berbagai inovasi produk yang telah dilakukan, menjadikan nestle sebagai perusahaan ternama di indonesia dan di mata dunia. PT. Nestle merupakan perusahaan pertama di indonesia yang menggunakan susu segar untuk memproduksi susu bubuk dan susu kondensasi dalam skala besar. Dengan pengolahan yang tepat PT. Nestle mampu menghasilkan produk susu bubuk dan susu kondensasi berkualitas tinggi yang menyediakan berbagai macam keuntungan baik dari segi kepraktisan maupun nilai gizinya.
Dengan adanya persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat, maka setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses produksi karena akan mempengaruhi mutu dan kualitas produk akhir. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas dari sumber daya manusia yang menjalankan proses industri tersebut.
Dalam hal ini universitas brawijaya sebagai salah satu perguruan tinggi ingin ikut andil dalam mencetak sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas, berkemampuan akademik dan/atau professional yang diharapkan mampu menjawab tuntutan tersebut. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah dengan adanya praktek kerja lapang (PKL). PKL merupakan salah satu kegiatan akademis yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya untuk menyelesaikan studinya. Pengertian dari praktek kerja lapang sendiri adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa dengan cara melakukan magang dalam lembaga atau instansi pemerintah atau swasta terutama dalam minat keilmuan teknologi pertanian dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan, kami merasa tertarik dan berkeinginan untuk memperoleh pengalaman belajar di PT. Nestle indonesia yang merupakan salah satu industri pengelola susu terbesar di indonesia. Besar harapan kami dengan adanya tugas praktek kerja lapang di PT. Nestle indonesia ini, untuk memperoleh ilmu sekaligus pengalaman di perusahaan, khususnya dalam penerapan ilmu teknologi pangan yang telah dipelajari selama ini.

1.2  Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan diadakannya praktek kerja lapang di PT. Nestle Indonesia ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1.2.1. Tujuan umum
1)        Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan strata 1 di jurusan teknologi hasil pertanian.
2)        Mampu mengkorelasikan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan realitas yang ada di lapangan.
3)        Sebagai langkah awal untuk membangun mental mahasiswa menuju dunia kerja.
4)        Melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri di lapang dan sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan pekerjaan yang nantinya akan ditekuni oleh para lulusan.
1.2.2. Tujuan khusus
1)        Mengetahui dan memahami proses pengolahan susu bubuk (dry processdan/ atau susu kondensasi di pt. Nestle indonesia.
2)        Mengetahui, mempelajari dan memahami lebih jauh aspek teknologi pertanian yang meliputi bahan baku, mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi, pengawasan mutu, sanitasi dan higiene serta pengolahan limbah yang ada di pt. Nestle indonesia




Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Tinjauan tentang Susu Sapi
2.1.1 Definisi
susu sapi mengandung semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi dan sebagai bahan minuman yang sempurna. Ini disebabkan karena susu sapi mengandung zat makanan yang dibutuhkan seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Perbandingan kandungan gizinya bersifat optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang sehingga apabila perawatan kebersihannya baik, air susu dapat diminum (adnan, 1994).
Susu merupakan senyawa kimia komplek yang dikeluarkan dari kelenjar mamae sapi perah laktasi mengandung bahan makanan yang bernilai tinggi karena mengandung lemak, protein, laktosa, mineral, air sitrat, enzyme dan vitamin. Kualitas susu dapat dipengaruhi oleh flavor susu, yaitu karena adanya proses fisika kimia yang terjadi selama penyimpanan.  Susu yang dikeluarkan dari ambing sapi perah juga mengandung bakteri dan jumlah bakteri ini dapat ditekan dengan proses pasteurisasi (buckle,et.al,1985).

2.1.2  Sifat-Sifat Fisik Susu
1. Citarasa
   rasa manis pada susu berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal dari klorida sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Cita rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari:
1.    Sebab-sebab fisiologis seperti cita rasa makanan sapi misalnya alfafa, bawang merah, bawang putih dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-bahan itu mencemari makanan  dan air minum sapi
2.    Sebab-sebab dari enzim yang cita rasa tengik karena kegiatan lipase pada lemak susu
3.    Sebab-sebab kimiawi yang disebabkan oleh oksidasi lemak
4.    Sebab-sebab dari bakteri yang timbul sebagai akibat dari pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik lainnya yang mudah menguap.
5.    Sebab-sebab mekanis, bila susu mungkin menyerap cita rasa yang ada di sekitarnya, sabun dan dari larutan khlor(buckle,et.al,1985).

2. Aroma/ bau
Air susu yang masih segar dan murni memilki bau yang khas.
-       Bau yang asam menunjukkan bahwa air susu sudah basi, terlalu lama disimpan.
-       Air susu yang berbau busuk meunjukkan bahwa air susu sudah rusak sama sekali.
-       Air susu yang masih segar dan murni rasanya enak, sedikit manis dan sedikit beraroma lemak.
-       Air susu yang rasanya asin, atau mungkin agak masam, pait, menunjukkan bahwa susu itu sudah mulai rusak.
-       Rasa hambar, berarti air susu itu telah di campuri oleh air.
3. Warna
Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecoklat-coklatan. Warna putih pada susu, serta penampakannya adalah akibat penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat. Sedangkan bahan utama  yang memberi warna kekuningan adalah karoten dan riboflavin (buckle,et.al,1985).

4. Penggumpalan
Penggumpalan atau pengentalan merupakan salah satu sifat susu yang paling khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau penambahan asam (buckle,et.al,1985).







Gambar. Pelepasan molekul didalam susu pada waktu asam (rusak)

5. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi antara 1.0260 dan 1.0320 pada suhu 20ºc. Keragaman tersebut  disebabkan karena perbedaan lemak dan kandungan zat-zat padat bukan lemak. Meningkatnya kerapatan susu terutama disebabkan karena terbebaskannya gas-gas co2 dan n2 yang terdapat di dalam susu yang baru saj diperoleh dari perahan. Bila ukuran kerapatan digunakan untuk memeriksa  komposisi susu, susu perlu dipanaskan sampai 45-50ºc untuk menyingkirkan gas-gas tersebut dan kemudian didinginkan lagi sampai 20ºc untuk mengukur kerapatan (buckle,et.al,1985).

2.1.3 Sifat- Sifat Kimia
·           pH
    ph susu segar  berada di antara ph 6.6 dan 6.7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri, angka-angka ini akan menurun secara nyata. Hal ini disebabkan karena aktivitas bufer fosfat, sulfat dan protein yang biasanya ada di dalam susu. Bila pH susu naik di atas 6.6 –6.8 biasanya hal ini dianggap sebagai tanda adanya mastitis pada sapi karena penyakit ini menyebabkan perubahan keseimbangan mineral di dalam susu (buckle,et.al,1985).
·           Sifat-sifat krim
Butiran-butiran lemak pada susu timbul ke permukaan  bagian atas membentuk suatu lapisan krim yang jelas. Tebal krim sering dipakai sebagai penunjuk bagi richness atau mutu susu. Susu yang telah dipasteurisasi selama 15 detik pada suhu 71.7ºc mempunyai lapisan krim yang sedikit lebih tipis dan tidak jelas (buckle,et.al,1985).
2.1.4 Komposisi Susu
Komposisi susu sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah dapat dilihat pada tabel 2.1. Berikut ini:
Tabel 2.1. Komposisi bahan dalam air susu
Komposisi susu
%
Lemak
3,9%
Protein
3,4%
Laktosa
4,8%
Abu
0,72%
Air
87,10%
                                   
                                                                        (purnomo,1987)         
·         Lemak susu
            lemak atau lipid terdapat di dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang bergaris tengah antara 1-20 mikron dengan garis tengah rata-rata 3 mikron. Biasanya terdapat kira-kira 1000x106 butiran lemak dalam setiap ml susu. Selain protein, vitamin a, zat warna karoten, enzim-enzim tertentu seperti fosfatase, fosfolipid seperti lesitin, dan sterol, kolesteroljuga berada pada lapisan tipis lemak susu (buckle,et.al,1985).                           Kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai perkembangan flavor yang menyimpang dalam produk susu, seperti:
1.      Ketengikan yang disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan pelepasan asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang mempunyai bau yang keras, khas dan tidak menyenangkan.
2.      Tallowiness yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tidak jenuh.
3.      Flavor yang teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.
4.      Amis/ bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi hidrolisa (buckle,et.al,1985)
·         Protein susu
Protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu casein yang dapat diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat mengaalami denaturasi oleh panas pada suhu kira-kira 650°c (buckle,et.al,1985).
Casein adalah protein utama susu yang jumlahnya mencapai kira-kira 80% dari total protein. Casein itu sendiri terdiri dari campuran sekurang-kurangnya tiga komponen protein yang disebut casein alpha, beta dan gamma. Casein alpha adalah komponen utama yang jumlahnya mencapai 40-60% dari total protein susu dedangkan jumlah casein beta mencapai 20-30% dan gamma 3-7%(buckle,et.al,1985).
Sesudah lemak dan casein dihilangkan dari susu, air sisanya dikenal sebagai whey. Kira-kira 0,5-0,7% dari bahan protein yang dapat larut tertinggal dalam whey yaitu protein-protein laktalbumin dan laktoglubin. Laktalbumin kira-kira berjumlah 10% dari protein susu seluruhnya dan jumlahnya merupakan kedua terbesar sesudah casein (buckle,et.al,1985).
·         Laktosa 
Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa ini terdapat dalam susu dalam fase larutan yang sesungguhnya sehingga mudah diasimilasikan sebagai makanan dengan proses hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim usus, laktase (b-galaktosidase) (buckle,et.al,1985).
Laktosa tidak semanis gula tebu dan mempunyai daya larut sekitar 20% pada suhu kamar. Laktosa ini akan mengendap dari larutan sebagai kristal yang keras seperti pasir dan mudah diragikan oleh bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang merupakan ciri khas susu yang diasamkan (buckle,et.al,1985).

·         Mineral

Bila air pada susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah akan diperoleh sisa abu putih yang berisi bahan-bahan mineral. Unsur-unsur mineral utama pada susu terlihat pada tabel 2.2 (buckle,et.al,1985).
Tabel 2.2. Kandungan mineral rata-rata dalam susu dan abu
Unsur
Dalam susu
(%)
Dalam abu
(%)
Potassium
Kalsium
Chlorine
Fosforus
Sodium
Magnesium
Sulfur
0,140
0,125
0,103
0,096
0,056
0,012
0,025
20,0
17,4
14,5
13,3
7,8
1,4
3,6
Mineral lain terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (trace mineral), contohnya adalah besi, tembaga, aluminium, boron, seng, mangan dan silikon (buckle,et.al,1985).

·         Vitamin

Dipandang dari sudut gizi, susu merupakan sumber yang cukup baik dari vitamin yang larut air: vitamin b dan c, dan vitamin yang larut lemak: vitamin a,d dan e. Sebagian vitamin c dapat dirusak oleh proses pasteurisasi. Kandungan berbagai vitamin terlihat pada tabel 2.3 (buckle,et.al,1985).



Tabel 2.3. Kandungan vitamin rata-rata susu segar

Vitamin
Kandungan per 100 g susu
Vitamin a
Vitamin c
Vitamin d
Vitamin e
Vitamin b
Thiamine
Riboflavin
Niacin
Pantothenic acid
Folic acid
Biotin
Pyridoxine
Vitamin b12
160 iu (international unit)
2,0 mg
0,5-4,4 iu
0,008 mg

0,035 mg
0,17 mg
0,08 mg
0,35-0,45 mg
3-,8 mg
0,5 mg
0,05-0,1 mg
0,5 , mg

2.2. Tinjauan tentang Susu Bubuk
           susu bubuk merupakan susu kental atau susu uapan yang dikeringkan sampai kadar air dalam produk tinggal 2% sampai 5% saja (idris, 1992). Susu penuh, susu skim dan bahkan campuran dari keduanya dapat dikeringkan, dan proses itu dapat juga diterapkan pada produk sampingan susu seperti whey dan susu mentega (buckle, 1987).
                                          tabel 2.4. Komposisi susu bubuk
Bahan penyusun
Kadar (%)
Protein
26,4
Lemak
27,5
Air
2,0
Laktosa
38,2
Sukrosa
0
Abu mineral
5,9
       kalsium
0,909
       fosfor
0.708
                                                                                                      (webb, 1980)

              tipe-tipe susu bubuk menurut eckles (1980), tergantung pada kadar lemak, bahan baku yang diproses, serta proses atau metode pengeringan yang digunakan. Beberapa contoh produk susu bubuk, yaitu:
1.      Susu bubuk penuh:
Terbuat dari susu dengan kandungan lemak yang normal.cara pengeringan yang lazim digunakan adalah penyemprotan.
2.      Krim bubuk:
Proses yang digunakan biasanya penyemprotan. Air dalam krim diuapkan hampir seluruhnya
3.      Susu bubuk:
Bahan baku berupa susu skim, dikeringkan dengan cara penyemprotan ataupun dengan drum.
4.      Susu mentega bubuk:
Sering diproses dengan drum, tetapi susu mentega yang berasal dari krim manis sering dikeringkan dengan penyemprotan dan dikenal sebagai spray process sweet cream buttermilk powder.
5.      Whey bubuk:
      dapat diproses dengan penyemprotan atau drum.

2.3 Tinjauan tentang Susu Kental
            Secara umum istilah susu kental berarti susu yang dimaniskan, sedang istilah susu yang diuapkan (evaporated milk) berarti produk-produk yang tidak dimaniskan. Kedua jenis produk ini dihasilkan oleh penguapan hampa terhadap susu, baik susu keseluruhan maupun susu skim dengan atau tanpa penambahan sukrosa. Perbandingan konsentrasi produk-produk krim adalah kira-kira 2,5:1 dan untuk produk susu skim kira-kira 3:1 (purnomo, 1987).
            Susu kental diperoleh dengan cara mengurangi (menguapkan) kandungan air dalam susu sampai kandungan airnya tinggal sekitar 40%. Dengan kadar air yang rendah ini susu dapat tahan disimpan lama dalam keadaan baik. Apabila akan diminum, susu kental harus diencerkan lagi dengan air panas atau air hangat.
Macam-macam susu kental :
Π Susu kental tidak manis (evaporated milk).
Diperoleh  dengan jalan menguapkan sebagian kandungan airnya. Menurut standar yang  sudah diakui oleh internasional, susu kental tidak manis harus mengandung  lemak tidak kurang dari 7,9% dan bahan padat bukan lemak tidak kurang dari 25,9%
Π Susu kental manis (sweetened condensed milk).
Susu kental ini bedanya dengan susu kental tidak manis adalah adanya gula yang ditambahkan  sehingga susu kental menjadi terasa manis. Biasanya yang ditambahkan adalah sirup gula sebanyak 65% atau sirup gula yang diberi dekstrosa. Kandungan akhir gula pada susu kental adalah 42%.
Π Susu skim kental.
      kadar bahan padatannya mencapai 30%. Kadang-kadang ada yang ditambahkan gula.
Π Krim kental
              ada yang manis, ada yang tidak manis
                                                                                              (hadiwiyoto, 1983).

2.4  Proses Pengolahan Susu
2.4.1. Seleksi Penerimaaan Susu
Susu sebelum diterima oleh pusat pengumpul atau perusahaan pengolahan susu, selain diukur jumlahnya juga dilakukan penguian sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu, uji keasaman, uji kenampakan, uji kadar lemak, dan uji reduktase (van den berg, 1987). Pemerintah indonesia menetapkan syarat-syarat fisik dan kimiawi susu yang harus dipenuhi untuk dapat dikonsumsi tercantum dalam tabel 2.5 berikut ini.






Tabel 2.5. Syarat fisik dan kimiawi penerimaan susu di indonesia
Keterangan
Nilai
Berat jenis (pada suhu 27,5°c)
1,028
Kadar lemak
2,8%
Kadar bahan kering tanpa lemak
8%
Keasaman
4,5°-7°sh
Uji alkohol 75%
Negatif
Uji titik didih
Negatif
Katalase
3cc
Titik beku
(-0,56)-(-0,52)°c
Angka refraksi
34
Kadar protein murni
2,7%
Angka reduktase
2-5jam
Jumlah kuman permililiter
3 juta
                                                                                                      (buckle, 1987)



2.4.2. Pendinginan
Pendinginan susu pada suhu 4°c serta dengan penyimpanan produk susu rendah sangtat efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang akan menyebabkan penyakit, makanan beracun serta kebusukan (harper, 1976).
Tujuan dari pendinginan adalah (walstra dan janes, 1984):
a.          Menghambat pertumbuhan mikroba
b.         Mencegah otooksidasi
c.          Mencegah lipolisis.

2.4.3. Klarifikasi dan Separasi
Klarifikasi bertujuan untuk memisahkan sel-sel darah putih dan sel-sel lain yang terdapat dalam susu. Setelah klarifikasi diharapkan akan diperoleh susu bersih yang bebas dari kotoran. Separasi dimaksudkan untuk memisahkan air susu menjadi susu skim dan krim. Kedua perlakuan tersebut berdasar atas kemampuan gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel yang mempunyai berat jenis yang berbeda (adnan, 1984).

2.4.4. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan suatu perlakuan pemanasan terhadap semua partikel susu atau produk susu pada suhu sekurang-kurangnya 61,6°c dan dipertahankan pada suhu 71°c selama 15 detik. Hal tersebut dimaksudkan untuk membunuh semua mikroorganisme patogen serta sebagian besar mikroorganisme pembusuk (idris, 1992).

2.4.5. Evaporasi
Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa fluida. Suhu produk mula-mula dinaikkan hingga mencapai titik didihnya, dan selanjutnya terus dipanaskan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan konsentrasi zat padat yang diinginkan (bylund, 1995).

2.4.6. Homogenisasi
Homogenisasi dimaksudkan untuk membuat globula-globula lemak yang semula diameternya bervariasi menjadi seragam dan lebih kecil sehingga globula-globula tersebut akan tersebar merata ke seluruh bagian susu (idris, 1992).
Proses homogenisasi dilakukan dengan homogenizer pada suhu 50-60°c dengan tekanan 300-500 psi sampai lebih dari 1000 psi, ada tiga tipe homogenizer (eckles, 1980):
1. Tipe tekanan tinggi (high pressure type)
2. Tipe tekanan rendah (low pressure rotery type)
3. Tipe gelombang suara (sonic vibrator)

2.4.7. Pengeringan
Pengeringan pada prinsipnya adalah pengurangan air dari bahan dengan mengalirkan udara atau gas melalui bahan yang dikeringkan. Tujuan dari pengeringan (spray dryer) adalah mengeringkan produk secepat mungkin pada suhu yang sangat rendah dengan menyemprotkan ke dalam aliran udara panas, produk cair dapat dikeringkan selama beberapa detik (kessler, 1981).
Menurut eckles, (1980), cara pengeringan dalam membuat susu bubuk ada dua macam, yaitu proses pengeringan dengan penyemprotan.


1.      Alat pengering tipe drum (drum dryer)
Susu dialirkan diantara dua drum dari suatu tangki yang dipasang diatas drum tersebut  atau disemprotkan dengan alat khusus. Susu tersebut akan membentuk lapisan tipis pada permukaan drum dan akan mengering dengan cepat. Uap air dari susu tersebut lalu dikeluarkan dari ruangan dengan menggunakan penyedot uap. Susu yang sudah kering dilepas dari permukaan drum dengan menggunakan suatu pengerok yang dipasang di sepanjang sisi samping drum (eckles, 1980).
2.      Alat pengering tipe semprot
Proses pengerinmgan dalam spray dryer memiliki tiga tahap, yaitu: dispersi konsentrat menjadi pertikel yang sangat halus, pencampuran konsentrat pertikel halus ke dalam udara panas, dan pemisahan partikel susu kering dari udara pengering (bylund, 1995).

2.4.8. Pengemasan
Menurut buckle (1987), pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi suatu bahan pangan. Fungsi pengemasan yang utama adalah:
1.      Mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya
2.      Memberikan perlindungan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen, dan sinar
3.      Harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis
4.      Harus mudah untuk dibentuk menurut rancangan
5.      Harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik dalam penjualan kepada konsumen.






Bab III
Metodologi


3.1.  WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Apabila dimungkinkan, program Praktek Kerja Lapang ini akan diselenggarakan pada bulan Juli - Agustus 2007, bertempat di PT. Nestle Indonesia, Kejayan-Pasuruan.

3.2.        METODE PELAKSANAAN
Untuk mendapatkan data-data baik data primer maupun data sekunder yang diperlukan untuk penyusunan laporan maka pada Praktek Kerja Lapang ini dilakukan serangkaian kegiatan yaitu sebagai berikut:
1.      Diskusi dan wawancara langsung dengan staf dan karyawan untuk memperoleh informasi yang diperlukan,
2.      Mengamati secara langsung proses produksi yang berlangsung di PT. Nestle Indonesia, Kejayan-Pasuruan,
3.      Pengumpulan data-data yang diperlukan dari arsip perusahaan

3.3.            DATA-DATA YANG DIPERLUKAN
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini serta sebagai pedoman dalam penyusunan laporan, maka diperlukan data-data sebagai berikut:
1.      latar belakang pendirian perusahaan,
2.      denah lokasi proses,
3.      diagram alir proses pembuatan produk, dan
4.      beberapa data lain yang menunjang